A.
SEJARAH
TARI SANG HYANG GANDRUNG DI SIDATAPA
Tari
Sang Hyang Gandrung merupakan tari sakral yang di pentaskan setiap 3 tahun
sekali, selama 42 hari, diadakan setiap penanggal bali Bulan / Sasih
sekitar bulan Agustus sampai September. Mengenai sejarah
adanya Tari Sanghyang Gandrung tidak ada sejarah secara khusus, melainkan Tari
SangHyang Gandrung ini merupakan tari ciptaan seorang seniman, yang dimana
seniman tersebut juga tidak di ketahui oleh nara sumber karena lontar yang
menyatakan tentang Tari Sanghyang Gandrung ini sudah hilang dibawa oleh aparat
desa terdahulu. Tari Sanghyang ini diciptakan untuk menghilangkan musibah atau
wabah yang dalam bahasa Balinya disebut Mrana. Sedangkan Tari Gandrung
diciptakan sebagai tari persembahan kepadsa para Dewa atas rahmat yang di
berikan berupa panen yang melimpah kepada manusia. Dan dalam pementasannya yang
terlebih dahulu di tarikan adalah Tari Gandrung kemudian disusul oleh Tari
Sanghyang.
Tari
Sanghyang Gandrung merupakan sebuah seni yang sudah termasuk ke dalam suatu
Seni Sakral. Jika dilihat dari sudut seni, tari Sanghyang Gandrung ini
memiliki nilai seni dilihat dari segi
gerak tari,iringan gong dan iringan lagu yang dapat menghibur dan memberikan
tuntunan bagi orang yang menontonnya. Dan Tari Sanghyang Gandrung juga memiliki
nilai sakral dilihat dari mulai persiapan pementasannya yang menggunakan banten
tubungan (canang lembaran), pementasannya dipentaskan diareal Pura (jaba sisi)
dan pementasannya setiap tiga tahun sekali serta tari Sanghyang gandrung ini memiliki fungsi dan makna yang sangat penting
bagi masyarakat setempat.
Untuk
hal-hal yang berkaitan khusus tentang Tari Sanghyang Gandrung terutama dilihat
dari kostum penarinya disini kostum yang dipakai oleh penari sangatlah
sederhana. Dikatakan kostum nya sederhana karena tidak menggunakan pakean tari
pada umumnya yang sering kita lihat, melainkan
penarinya memakai pakaianya yang mereka miliki sendiri dan seadanya.
Adapun pakaian untuk penari wanitanya (penari Sanghyang),mereka memakai kamen,
sabuk lilit(bebet),angkin, selendang rembang,dan hiasan kepala berupa bunga
mas. Dan untuk penari pria (penari Gandrung) pakaiannya tidak jauh beda dengan
penari sanghyang,yang membedakannya hanya dihiasan kepala. Penari Gandrung menggunakan hiasan kepala berupa hiasan
tombol rejang tetapi ditambahkan dengan rumbai-rumbai dari tali plastik. Dalam
pemakaian khusus tidak dituntun warna-warna khusus dan yang di tonjolkan disini
adalah pemakaian kipas.
A. Pengertian Tari Sang
Hyang Gandrung
Tari Sang Hyang dipentaskan oleh
dua orang penari wanita yang masih bujang atau lebih, dimana ini merupakan
simbolis dari penari kahyangan (Dedari). Tari Gandrung dipentaskan oleh dua
orang penari laki-laki yang masih bujang atau lebih, dimana ini merupakan
simbolis dari roh-roh (Butakala) sesuai dengan namanya Gandrung yang artinya
digandrungi/disenangi oleh Gandaruwo/Buta kala. dengan mementasan tarian ini
semua roh-roh jahat yang bersifat negative, merasa terhibur untuk menyaksiakan
pementasan tarian ini , para buta kala senang menyaksikan pementasan ini .
Upacara Sanghyang Gandrung merupakan
tari sakral yang dipentaskan setiap 3 tahun sekali, selama 42 hari, diadakan
setiap penanggalan bali Bulan /sasih karo-ketiga,sekitar bulan Agustus s/d
September. Tujuan utama daripada mengadakan upacara Sanghyang Gandrung adalah
untuk penolak bala ( penanggluk merana ) dimana roh-roh seperti
buta kala diberikan sesajen caru berupa tumpeng yang berwarna ( panca warna )
ditaruh dibawah sanggah cucuk dipersembahkan kepada para buta kala. Tumpeng
yang berwarna putih sebanyak 2 buah ditaruh disanggah cucuk dipersembahkan
kepada Tuhan penguasa/pengendali para buta kala.
B.
Rangkaian upacara Sanghyang Gandrung dari awal adalah sebagai berikut :
1. Diawali
dengan nguduhang urak ( menjalan arah-arah ) dengan membawa lontar tertulis
mengenai pelaksanaan upacara dan memberitahukan kepada kerama desa untuk
membayar urunan dan ngaturang papeson sesuai dengan yang ditugaskan
masing-masing kerama desa
2. Selanjutnya
3 ( tiga ) hari setelah Urak berjalan,baru diadakan pelaksanaan upacara piuning
dan pecaruan,diadakan di utara desa celagi upcara ini meruppakan upacara awal
tujuannya mempersenmbahkan sesaji kepada
penguasa laut ( Betara Segara ) tujuannya untuk menetralisir nyomya
roh-roh. Pengganggu yg datangnya dari segara( laut ) selama 3 hari diiringi
dengan pelaksanaan tabuh rah,malamnya dipentaskantarian sanghyang gandrung.
3. Selanjutnya
upacara sama seperti diatas diadakan di bencingah pura puseh desa bale agung
tujuannya untuk mempersembahkan kepada penguasa yang berada di pura puseh desa
bale agung dan menetralisir roh-roh yang bersifat negative.
4. Selanjutnya
upacara sama seperti diatas diadakan di pemedal Pura Dalem ( pemangkala) untuk
mempesembahkan sesajen kepada penguasa yang berada di Pura Dalem tujuannya
untuk menetralisir untuk roh-roh yng bersifat negative dari alam kuburan.
5. Setiap
pelaksanaan upacara ini dipentaskan tarian berupa Sanghyang Gandrung Gandrung
pada malam harinya.
6. Setelah
rangkaian upacara iniberjalan selama 9 hari,baru diberikan kesempatan kepada
kerama desa untuk mempersembahkan tarian Sanghyang Gandrung sampai genap
rangkaian upacara selama selama 42 hari
7. Upacara
terakhir dari semua ragkaian upacara ini, diadakan upacara pecaruan,tabuh
rah,dan mempersembahkan tegen-tegenan berupa hasil tanaman ( pala bungkah,pala
gantung dipersembahkan kepada Tuhan penguasa alam dewa Sangkara.
C.
Sarana/Banten yang digunakan sebelum pementasan Tari Sang Hyang Gandrung.
1. Tubungan
(Canang lembaran), ini merupakan banten utama yang dipakai sebelum pementasan
tari Sang Hyang Gandrung.dan adapun sarana pendukung dari canang Tubunagan ini
adalah:
a. kelungah(kelapa
muda)
b. canang
sari
c. canang
raka
d. Base
Palpalan
e. caru
f. tikar
g. tuak
Yang mana perlengkapan
banten ini dibawa oleh krama desa yang sudah menikah dan proses kekenan banten
ini dilakukan secara bergilir.
2. Segehan
panca warna, ini juga termasuk banten yang utama selain canang tubungan.
D.
Nama –nama tari gandrung
1. Tari
Pelayonan
2. Tari
Jang Galah Gandrung
3. Tari
Pengerangrang
4. Tari
Made Cenik
5. Tarian
Topeng
6. Tari
Baris
7. Jogedan
Gandrung
8. Tari
Ronggeng
9. tari
Omang-omang
E.
Nama-nama Tarian Sang Hyang
1. Tari
sekar jepun
2. Tari
sekar melati
3. Tari
sekar jamtit
4. Tari
Rejang Galuh
5. Tari
Rejang Bhayan
6. Tari
Dayung
7. Tari
Goak
8. Tari
Manis Dalem
9. Tari
Jejangeran
10. Tari
Omang-Omang
11. Tari
Mantuk Dedari.
F.
Lagu Penuntun Sang Hyang Gandrung
Nyanyian yang di
tembangkan Sebelum SangHyang Gandrung menari:
1. Dengklang
Arja, yang dinyanyikan 3 kali
Lagunya : Dongklang
arja, pindange bayan pindange,
Pindang Dut-dut bekel
meyong,
Meyonge rambut Sinarda
Olen ene Olen Kung
Dar dar kung
kek –kek kung,
2. Olog-Olog,
yang dinyanyikan 3 kali
lagunya : Olog-olog ne
mangapung
nyuh mentung mededale
serintog serondengan
tinggal getok
megelengan,
3. Kebyar-Kebyur
, yang dinyanyikan 3 kali
Lagunya : Kebyar-kebyur
Pada makebyur
pakebyur ke gunung sari
sidataa
lamun seneng ayu dedari
meriki turun medadi
Sang Hyang
payas ida penganten
sarwaning anyar
4. Enggal-enggal
medali sang Hyang , yang dinyanyikan 3 kali
Lagunya : Pang enggal-enggal
menadi kumara gana
Eka mara sidhi,
temulune munggah-munggah
pepelik medadi
sanghyang
Pada saat hari terakhir
upacara Sang Hyang Gandrung ini para krama desa pengarep diwajibkan untuk
membawa tegen-tegenan atau salaran,
adapun jenis yang dibawa yaitu pucil-pucilan, buah-buahan (pala bungkah, pala
gantung), dimana ersembahan ini ditujukan untuk Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
sebagai ungkapan rasa syukur.dalam upacara ini akan dilanjutkan dengan proses
upacara pecaruan panca warna yang ditujukan kepada para Bhuta kala/Bhuta
kali.Dalam upacara ini dipuput oleh Jro Balian Adat, yaitu Balian Luuran (Gede)
dan Balian Alitan (pengesor)
Menurut Penuturan dari
narasumber, bahwa dulu pernah terjadi wabah di desa Sidatapa, yang mana
masyarakat di desa sidatapa banyak yang sakit dan terjangkit penyakit yang aneh
seperti bisul-bisul, dan tidak sedikit warga yang mengalaminya setelah terjadi
kejadian tersebut dan ini diercayai oleh warga bahwa hal tersebut terjadi
akibat dari roh-roh jahat, maka di desa tersebut melakukan ritual Upacara Bhuta
Yadnya Sang Hyang Gandrung untuk memberikan upah pada para Bhuta Kala agar
tidak mengganggu lagi warga desa sidatapa, dan setelah dilakukan ritual itu
sampai sekarang tidak ada lagi wabah penyakit yang menyerang desa sidatapa.
Menurut narasumber
,penyarikan desa di desa Sidatapa beliau menyatakan bahwa ada lontar yang
menyatakan tentang upacara nanggluk merana yang pelaksanaanya dengan pementasan
tari sang Hyang Gandrung, tapi sekarang lontar tersebut sudah tidak ada lagi,
dan tanpa diketahui siapa tetua yang menyimpan lontar tersebut.sehingga sampai
saat ini hanya cerita dari mulut kemulut tentang pelaksanaan upacara Tari Sang
Hyang Gandrung dan tanpa ada bukti otentik atau sastra yang jelas yang bisa
memaparkan tentang bagaimana Tari Sanghyang Gandrung tersebut, tapi upacara
Bhuta yadnya dengan pementasan tari sang hyang Gandrung sudah turun temurun
dilaksanakan dan dapat menanamkan etika serta pendidikan yang baik untuk warga
desa.Sampai saat ini upacara Bhuta Yadnya Sang Hyang Gandrung masih tetap
dilaksanakan oleh masyarakat di desa Sidatapa.
2.2 FUNGSI TARI SANG HYANG GANDRUNG
Upacara
Sang Hyang Gandrung merupakan tari sacral yang dipentaskan setiap 3 tahun
sekali, Tari Gandrung adalah tarian persembahan kepada para dewa atas rahmat
yang diberikan berupa panen yang
melimpah kepada manusia.Tarian ini bisa disebut juga tarian ucapan terimakasih
dan syukur kepada para dewa.Tari Gandrung yaitu sebuah tarian yang mana
ditariakan diareal jaba Pura, yang fungsinya untuk menghilangkan musibah atau
penyakit.Tarian Gandrung ditarikan oleh laki-laki sebanyak dua orang yang
berumur sekitar lima belas.
Tari
Gandrung Jika dilihat Fungsinya, sebagai berikut :
A.
Fungsi
Religius
Di lihat dari religious atau agama
khususnya dalam Agama Hindu, Tari Gandrung merupakan tari sacral yang adanya
hanya didesa sidatapa, dimana tarian ini sifatnya religious karna tari ini
merupakan tarian yang dipersembahkan Untuk Ida Sang Hyang widhi sebagai ucapan
syukur berkat hasil panen yang melimah serta juga untuk penakluk merana dari
roh-roh jahat agar desa Sidatapa terhindarkan dari wabah penyakit. Tari
gandrung tidak bisa dipentaskan sembarangan karena dalam pementasannya harus
pada saat hari yang telah ditetapkan yaitu pada sasih karo ketiga, dan hanya dipentaskan
3 tahun sekali.
B.
Fungsi
Sosial
Tari
Sang hyang Gandrung jika dilihat dari
makna dipentaskannya tari ini adalah sebagai penolak bala (Penangluk merana) dari
roh-roh jahat , sehingga tentu saja ini tujuannya adalah untuk menghindarkan
seluruh masyarakat desa dari mara bahaya.dimana kedepannya masyarakat tentu
saja akan dapat hidup dengan tenang tanpa wabah penyakit.
C.
Fungsi
Edukasi
Tari
Sang Hyang Gandrung merupakan tari sacral yang selain memiliki nilai sacral
juga mengandung nilai-nilai pendidikan yaitu dapat mengajarkan kita sebagai
umat hindu untuk senantiasa selalu melakukan upacara yadnya sebagai ucapan rasa
syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi dengan memberikan persembahan berupa hasil
bumi.Secara tidak langsung upacara ritual ini akan mengajarkan bagi kita
tentang bagaimana caranya bersyukur terhadap apa yang kita miliki serta
memersembahkan apa yang kita dapatkan kepada sang pencipta.
2.3.
MAKNA
TARI SANG HYANG GANDRUNG
Jika dilihat dari kostum dan
pementasanya tari sang Hayng Gandrung memang sedikit berbeda dengan tari-tari
sacral yang biasanya dipentaskan pada saat upacara yadnya, dengan cirri khas
pakaian yang tidak terlalu glamour tapi makna yang terkandung dari tari
sanghyang Gandrung sangatlah dalam dimana dalam upacara ini memiliki 2 tujuan
sekaligus yaitu ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan juga kepada para
Bhuta kala.
Adapun makna filosofis yang terkandung
dalam pementasan upacara tari Sang Hyang Gandrung adalah sebagai berikut:
1. Merupakan sebagai persembahan kepada Ida Sang Hyang
Widhi Wasa, atas hasil panen yang
melimpah.
2. Merupakan
sebagai ungkapan rasa Syukur kepada para Dewa.
3. Sebagai
penolak Bala atau musibah.
4. Sebagai
penetralisir kekuatan negative dari roh-roh jahat.