Kamis, 18 April 2013

Bhuana Alit Dalam Nyaya Darsana


  Mikrokosmos/Bhuana Alit Dalam Nyaya Darsana
Menurut para filosof keberadaan jivatman itu nyata dan abadi. Ia memiliki sifat-sifat utama seperti keinginan, keengganan, kemauan, kesenangan, penderitaan, kecerdasan dan prajna (intuisi). Segala sesuatu yang diamati oleh pancaindera sebenarnya adalah pekerjaan jiwa, sedangkan pancaindera adalah sarananya belaka. Demikian juga buddhi atau akal pikiran hanyalah sarana dari jiwa. Jika seseorang dikatakan berpikir, maka yang berpikir sebenarnya adalahjiwanya.Bila tubuh hancur, jiwa tetap ada.Tetapi jiwa individual itu banyak. Alam semesta disebut sebagai jagat raya yang khayali (mayaloka samastha). Ia tersusun dari pengetahuan palsu (mithya jnana), kesalahan (dosa), kegiatan (pravrti), kelahiran (janma) dan penderitaan (duhkha). Pengetahuan palsu timbul sebagai akibat dari adanya dosa. Dosa bersangkut paut dengan cinta, suka dan benci yang berlebihan terhadap sesuatu (raga-dvesa). Raga-dvesa melahirkan kegiatan yang baik dan buruk. Kegiatan menentukan bentuk-bentuk inkarnasi, pahala dan hukuman yang akan diterima oleh seseorang (mithya jnana).Dengan demikian akan diperoleh kesimpulan yang benar dan menyeluruh tentang sesuatu.Dapat ditambahkan di sini bahwa bagi filosof Nyaya itu, jiwa merupakan pelaku utama dari perbuatan dan kegiatan, karena itu baik buruknya perbuatan mencerminkan baik buruknya jiwa. Tanpa jiwa, mata tidak dapat melihat benda-benda dan menentukan hakekat benda-benda. Selanjutnya filosof Nyaya berpendapat bahwa pikiran bukanlah jiwa. Ia hanya sarana bagi jiwa untuk berpikir. Kualitas pikiran ditentukan oleh sikap jiwa, baaimana jiwa melatih, membimbing dan mengarahkan pikiran. Manusia pada umumnya tidak memahami dan mengenal hakikat dirinya serta Tuhannya. Hal ini disebabkan karena ia berpegang pada mithya jnana (pengetahuan palsu). Pengetahuan palsu membuat manusia menderita, lalai, berbuat salah (dosa). Dosa atau kesalahan melahirkan raga dvesa, yaitu perbuatan yang semata-mata didasarkan kesenangan dan kebencianpribadi. Raga dvesa memunculkan karma,perbuatan baik dan buruk.Untuk mencapai kebahagian manusia harus melakukan apa yang disebut apawarga (kelepasan). Apawarga dicapai setelah seseorang dapat menghilangkan mithya jnana (pengetahuan palsu) dan menggunakan pengetahuan yangbenar. Salah seorang tokoh utama falsafah Nyaya ialah Vatsyayana. Menurut filosof ini, dunia di luar manusia merupakan keberadaan yang terpisah dari pikiran. Pengetahuan tentang dunia diperoleh melalui pikiran, dibantu oleh pengamatan dan pencerapan indra. Pengetahuan dapat disebut benar atau salah tergantung pada sarana yang dipergunakan dalam mendapat pengetahuan. Vatsyayana juga mengatakan setiap benda memiliki ciri khusus (visesha) yang membuatnya berbeda dari benda lain. Pembedaan merupakan dasar utama dari pengamatan. Karena itu kelanjutan dari sistem falsafah Nyaya disebut Vaishesika. Seperti Nyaya Darsana,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar